Bacaan Sholat Lengkap, Rukun dan Syarat Sholat, Hikmah Sholat, Bacaan Dzikir dan Bacaan Doa

Cara Menentukan Arah Kiblat

Bagaimana cara menentukan arah kiblat yang benar?
Saudaraku yang dirahmati allah
Berikut ini kami nukilkan keterangan tentang penentuan arah kiblat dari Republika Online.
Awalnya,cara menghitung arah kiblat di anggap rumit, karenanya hanya ahli falak yang dapat melakukanya. Namun kini, dengan perkembangan komputer dan bahasa pemograman, hitungan tersebut mudah di buat dalam bentuk program aplikasi sehingga setiap orang dapat menghitung arah kiblat. Tinggal di ajarkan cara menentukan arah sekian derajat itu menggunakan kompas atau bayangan matahari. Adanya GPS untuk menentukan koordinat tempat dan berfungsi pula kompas makin meberikan kemudahan.

Ahli falak memberikan alternatif lain yang paling mudah. Kalau di Masjidil Haram ada menara sangat tinggi dengan lampu sangat terang di puncaknya sehingga semua orang di banyak negara bisa melihatnya, maka kita akan sangat mudah menentukan arah kiblat. Cukup dengan melihat lampu di atas Masjidil Haram itu. Nah, ahli falak mengetahui ada lampu alami yang sangat terang yang pada saat-saat tertentu tepat berada di atas, makkah, sekitar masjidil haram. Itulah matahari.

Pada sekitar tanggal 28 mei dan sekitar 15/16 juli tiap tahunnya, pada saat tengah hari di Makkah, matahari tepat berada di atas kepala. Pada saat itulah,  orang-orang di Makkah tidak melihat bayangan mereka sendiri karena matahari tegak lurus di atas mereka. Namun di tempat lain di dunia yang bisa melihat matahari itu, ada bayangan benda yang di jadikan pemandu arah kiblat.

Saat itulah, seolah kita sedang melihat lampu yang sangat terang di atas masjidil haram dan garis bayangan kita menjadi petunjuk arah Masjidil Haram. Maka berdasarkan dalil syar’i di hadapkanlah wajah kita saat shalat ke arah itu. Itulah arah kiblat. Sangat mudah. Tinggal melihat lihat matahari dan bayangan sekitar pukul 16.18 WIB (28 mei )  atau 16.27 WIB (15/16 JULI).

Kalau kita ingin melaksanakan dalil syar’i dari pada surat al-Baqarah:144, itulah saat yang paling tepat. Tak perlu rumus perhitungan segitiga bola. Tak perlu komputer. Tak perlu kompas. Cukup melihat matahari saat itu, sama dengan menghadap ke arah Masjidil Haram. Kalau pun ada hari tersebut terganggu awan, plus minus 2 hari dari tanggal tersebut dan plus minus 5 menit dari waktu tersebut masih cukup akurat untuk menetukan arah kiblat, karena perubahan posisi matahari relatif lambat.

Dengan berkembangnya teknologi satelit dan internet,  maka kita sekarang bisa menentukan arah kiblat langsung dengan melihat citra satelit di lokasi yang kita kehendaki. Situs www.qiblalocator.com memberikan tanda garis merah yang mengarah ke arah Kakbah di masjidil haram. Kalau kita menggunakan laptop, cukup bentangkan layar laptop sesuai arah arah bangunan atau jalan di sekitar kita yang terekam pada citra satelit. Arah yang di tentukan dengan qiblalocator telah di buktikan sama dengan hasil perhitungan menggunakan segitiga bola atau dengan bayangan matahari pada saat istimewa tersebut di atas.

Ketika impementasi dalil syar’i   surat al-Baqarah: 144 dapat di laksanakan secara tepat dan mudah dengan bantuan sains (ilmu falak) dan teknologi, haruskah kita mundur ke belakang dengan sekedar “menghadap ke arah barat” seharusnya tidak, kecuali dalam kondisi kita tidak bisa menentukan secara tepat. Masyarakat  kita semakin cerdas. “arah barat” dalam bahasa fisis teknis mudah di artikan sekitar titik matahari terbenam, sekitar azimut 270 derajat. Kalau benar fatwa “shalat dengan menghadap barat” itu di laksanakan, berarti fatwa itu menuntun orang untuk melaksanakan shalat dengan menghadap ke arah Afrika. Dengan pengetahuan geografi sederhana pun, orang mudah melihat arah barat indonesia  menghadap afrika. Bukankah itu justru mengingkari surat al-baqarah:144 yang memerintahkan menghadap ke arah masjidil haram di Makkah?

Mengarah ke titik Kakbah atau Masjidil Haram kini bukan lagi menjadi masalah dengan adanya bantuan ilmu falak dan teknologi. Apakah kalau  menghadap ke titik Kakbah, berarti saf kita melengkung? Ya dan tidak. Ibarat kita membuat lingkaran, garis lingkaran di dekat titik pusat tersebut sangat melengkung. Itulah yang terjadi pada garis saf di dalam lingkungan masjidil haram. Namun, semakin jauh dari titik pusat lingkaran, garis lingkaran akan semakin terkesan lurus, nyaris tidak terasa lagi bentuk lengkungannya. Demikian lah garis saf di tempat-tempat yang jauh dari makkah.

Kita sering terbawa pada kerumitan matematis (yang sebenarnya tidak perlu ) ketika menginginkan akurasi tinggi dalam penentuan arah kiblat. Kesalahan  satu derajat di Indonesia ( yang berjarak sekitar 8000 km untuk jawa barat) bisa menyebabkan penyimpangan besar di Makkah ( sekitar 140 km pada jarak tersebut). Hal serupa bisa kita balikan. Kalai di Indonesia ada saf sangat panjang sepanjang 140 km ( sekitar jarak Jakarta- Bandung ), untuk menghadap titik Kakbah, arahnya akan sama dengan deretan orang memanjang ke belakang sampai jarak 40 meter dari Kakbah, dengan sudut hanya sekitar 1 derajat. Jadi, jangan membayangkan bila menghadap titik Kakbah atau masjidil haram seolah garis saf akan melengkung.
Tag : Rukun Syarat
0 Komentar untuk "Cara Menentukan Arah Kiblat"

Back To Top